Awal 1990, saya kuliah di Universitas Nagri di Surabaya. Saya punya
pacar bernama Dini yang umurnya tiga tahun dibawah saya. Kami pacaran
lumayan lama, sekitar 4 tahun. Bodinya seksi, cantik dan pintar. Terus
terang banyak teman yang cemburu, soalnya saya waktu itu gondrong, kumel
dan metal. Maklum gitaris band rock amatiran. Biarpun begitu, rata-rata
teman se-band saya sekarang sudah top dan sering tampil di TV. Sebutin
saja 3 grup musik asal Surabaya, bukannya sombong, 10 tahun lalu mereka
penah ngeband bersama saya. Dini putus sejak saya kembali ke Jakarta
(1994) dan bekerja di bank swasta. Saya sendiri akhirnya dapat pengganti
Dini, dan sudah menikah sejak 1999 lalu.
Tidak disangka, Juli 2001 saya bertemu dengannya. Ternyata ia sudah
menikah dengan teman band saya. Saya tidak akan menyebutkan nama
band-nya, yang jelas mereka sekarang nomor satu dan baru konser bersama
grup Inggris di Senayan. Kami pun mengobrol bersama (sama suaminya juga)
dan bercerita masa lalu. Mereka tinggal di Bekasi, sedang saya di
kawasan Jakarta Selatan. Periode Agustus-September, band mereka tur
keliling Indonesia. Waktu itu Dini sedang hamil 5 bulan dan ia tidak mau
tinggal sendirian, ia menginap di markas band, yang jaraknya hanya 5 km
dari rumah saya, tentu saja ada beberapa kru band yang menemaninya.
Saya pun rajin datang, bukannya ngelaba, tapi asyik ngobrol tentang band
dan alat musik bersama krunya. Dini kadang ikutan, tapi lebih sering di
kamar nonton VCD. Kejadiannya seminggu kemudian. Krunya terpaksa
menyusul band ke Palu (Sulawesi), sebab panitia di sana ‘bloon’ tidak
mengerti mengeset alat plus panggung. Karena sendirian lagi, saya
mengajak Dini menginap di rumah. Toh istri saya sudah kenal dengannya
dan suaminya. Oh ya, istri saya tidak tahu kalau Dini itu mantan saya.
Waktu itu Rabu malam. Istri saya sejak pagi ke rumah orangtuanya, sebab
ayahnya sakit (padahal hanya kangen) dan baru pulang Kamis siang. Saya
dan Dini pun mengobrol lagi sambil nonton VIP yang diputar di AXN.
“Kamu masih seneng cewek yang toketnya segede Pamela Anderson..?” tanya Dini iseng.
“Seneng sih, asal kenceng. Cuma kalau kegedean malah ngeri..,” jawab saya cuek sambil menyalakan laptop.
“Eh katanya banyak situs porno Indonesia ya..? Bukain dong..!” ujarnya tiba-tiba.
“Entar kalau kepingin gimana..? Banyak setan lewat lo..,” jawab saya.
“Udah deh.., bukain dulu..!”
Saya tahu Dini dulu termasuk yang punya nafsu besar dalam sex. Jaman
pacaran, kami rajin menonton BF bersama supaya menambah pengetahuan.
Saya pun membukakan situs bluefame.com, dan saya membiarkan dia membaca
sendiri. Setengah jam kemudian rautnya sudah berubah merah padam.
“Emang bener ada kisah asli kaya gini..?” tanya Dini.
“Lu mau bikin cerita..?” tantang saya.
“Gua nggak bisa ngarang,” lanjutnya sambil tangannya menggaruk-garuk selangkangan.
Jangan ngeres dulu, doi pakai long dress ibu-ibu hamil. Dia menggaruk
karena memang gatal. Tidak banyak bicara, saya langsung duduk di
sebelahnya, dan pura-pura membaca bersama sambil menempelkan ke pipinya.
“Andi, gua bisa horny nih. Tolongin, ya.. tapi janji lo jangan bilang siapa-siapa..”
Jawabannya hanya satu, “Beres..”
Saya pun mengusap pahanya sambil mencium pipinya. Eh, dia malah kasih
bibir dan melumat lidah saya. Wah, masih galak juga nih anak.
“Ndi, si Roni (suaminya) udah 3 bulan tak mau main. Padahal lu tahu
sendiri, orang hamil kan nafsunya gede,” kata Dini sambil menggosok
celana pendek saya.
Biarpun hamil, body Dini masih cihuy. Kulitnya seputih salju dan susunya
lumayan kencang, tidak terlalu besar. Kami pun berpagutan sambil
mencopot baju masing-masing.
“Ndi, jangan kaget, ya..” bilang Dini pelan sambil melolosi longdresnya.
Ternyata ia tidak memakai celana dalam.
“Soalnya dari tadi aku udah 5 kali pipis (katanya sih bawaan orang
hamil) jadi males pakai. Lagian, lu kan nggak nafsu ama ibu hamil.”
jawabannya kali ini salah.
Melihat pemandangan itu sangat menggiurkan. Bayangkan, perutnya
membuncit dan bulu kemaluannya bertaburan lebat. Padahal dulu saya
paling tidak mau kalau melihat cewek gendut, apalagi berbulu lebat.
Ternyata seksi sekali.
“Ndi, gua susah posisi macem-macem. Standar aja ya..,”
Saya berdiri dan ia duduk di karpet sambil menghisap batang kemaluan saya.
“Gila nih barang. Ditinggal 9 tahun malah tambah gede,” katanya diiringi suara slurp.., slurp.
Saya tidak dapat menjawab, hanya merem melek keenakan. Dari belasan
cewek yang pernah saya tiduri, Dini adalah ‘the best sucker’. Hisapannya
lebih kencang dari vacuum cleaner.
Sepuluh menit kemudian giliran saya menyapu. Bulu kemaluannya yang lebat
dan tebal ternyata membuat batang kejantanan saya semakin tegang.
Posisi saya yang jongkok mendapat pemandangan baru, hutan lebat dengan
perbukitan plus gunung kembar. Perutnya yang hamil 5 bulan ternyata
membuat sensasi tambahan. Lidah saya pun menerobos bibir vaginanya dan
mengenai bagian dalam.
“Aduuh.., itilku kena, terus, jangan ditarik..!” kata Dini sambil tangannya menjambak rambut saya.
Hanya lima menit kemudian ia berteriak, “Ndi.., mau keluar nih. Telan ya..!”
Saya jilat cairan yang membasahi vaginanya.
“Gilaa, enak bener. Nyesel nih gua putusin elu,” teriak Dini sambil bersandar di sofa.
“Tunggu setengah jam, ya.. Ndi. Entar gantian elu gua puasin.”
Kami pun kembali membaca 17tahun, com sambil ngemil Pringles, makanan favorit kami zaman dulu.
“Ndra, lagi dong, cepetan..! Entar istrilu dateng, berabe kan..?”
Kami pindah ke ruang tamu. Kami dulu suka eksperimen di berbagai lokasi.
Dapur, taman, loteng, bioskop dan lain-lain. Dini ternyata punya cara
baru. Ia menari erotis diiringi lagu Samba Pati-nya Santana. Kemudian
menarik kepala saya dan dipaksa menghisap payudaranya. Awalnya enak
benar, lama-lama kok ada yang aneh. Tahunya, menetes ASI!
“Gua kan hamil, ya.. keluar dong. Rasanya enak bener kalau keluar. Gua
sering maen pakai alat pengisap ASI sambil onani,” kata Dini tanpa
ditanya.
Ia kemudian mendorong wajah saya dan memencet putingnya hingga ASI
menyemprot deras ke wajah saya. Persis seperti gambar di websites
lactating. Kemudian ia tiduran dan batang kemaluan saya dijepit di
antara payudaranya yang masih menetes susu. Waduh, sensasinya luar
biasa. Lalu inilah yang ditunggu. batang kemaluan saya digenggam kencang
dan seakan dipaksa masuk liang vaginanya.
“Goyang, Ndi, yang keras kaya dulu..!”
Ternyata vagina cewek hamil itu lebih kencang ketimbang biasa, batang kemaluan saya serasa dipijat.
Selama melakukan senggama, Dini masih mengarahkan putingnya ke wajah
saya, hingga susunya menciprati mata. Hampir 20 menit kami bergulat di
karpet ruang tamu.
“Ndi, jangan berhenti. Lu tunggu semenit lagi, dan rasain ya..!”
Saya kira dia mau keluar lagi. Tiba-tiba terasa penis saya basah. Dini kencing!
“Ndi, jangan dicabut, please.. Gua baru sekarang nih kesampaian.”
Ternyata Dini ingin bersenggama sambil kencing. Saya pernah baca di buku
‘rahasia memuaskan suami’ teknik ini. Memang hebat. Kalian pada cobain
deh. Nafsu saya tidak tahan merasakan sensasi ini.
“Gua mau keluar Din. Di dalam apa dimana..?” tanya saya tersengal-sengal.
“Di tetekku aja. Biar kulitnya halus dan kencang.”
Saya cabut batang kemaluan saya dan sama tangannya langsung dijepit ke
tengah payudaranya. Beberapa detik kemudian, muncrat lah sperma saya
membanjiri gunung kembarnya. Bayangkan posisinya teman. Kaki saya hampir
patah, sebab saya berjinjit (Dini kan perutnya hamil) jadi tidak bisa
telentang di atasnya.
Saya kira permainan telah selesai. Tapi Dini punya sesi tambahan. Batang
kemaluan saya yang belepotan peju ditambahkan ASI yang terus-terusan
diperas, kemudian diletakkan di dalam tangannya dan diminum. Saya yang
bengong langsung ditarik dan kami berciuman.
“Biar adil. Gua minum peju, elu minum peju memiaw dan kita berdua dapat susu.”
Kami kembali ke ruang tengah nonton TV sambil makan Pringles. Rasa asinnya dapat mengusir ‘nek minum ASI dan sperma.
“Roni tak suka gaya macem-macem. Mungkin ia kebanyakan main sama fans
ceweknya, jadi bosan. Ya.. ini pembalasannya. Cuma, gua cinta Roni,”
katanya kalem.
Saya hanya tersenyum, sebab saya tahu persis fans cewek grup ini banyak
sekali. Waktu main di Senayan kemarin, saya kecipratan satu cewek SMA
yang body-nya aduhai. Mereka menginap di hotel H yang mewah di Senayan,
jadi mudah sekali mengajak fans-nya. Lagian itu hanya fans, pikir saya
manajernya.
“Elu masih sering nonton BF nggak? Ini gaya sering gua baca di majalah K
dan buku lain. Pingin nyobain, tapi gua kan bukan cewek gampangan.
Lagian udah kawin,” tukas Dini sambil mengelus batang kemaluan saya.
“Din, bentar ya.. gua mau kencing nih..!” kata saya.
“Eit.., ntar dulu. Kini giliran elu nyobain.”
Ia kembali membuka vaginanya dan menarik batang penis saya.
“Masukkin terus pipis di dalem..!” perintahnya.
Saya pun menurut. Waduh rasanya lebih hebat daripada sperma muncrat.
“Enak kan..?” lanjutnya ringan.
Kemudian kami mandi air panas bersama dan tidur. Hanya saja ia tidur di
kamar depan, saya di kamar saya. Daripada ketahuan istri bisa perang
kaya USA vs Afganistan. Dan sekali lagi dugaan saya salah. Esoknya istri
saya datang sambil tersenyum.
“Enak main ama Dini..?” tanyanya.
Saya awalnya tidak mau mengaku. Baru kemudian istri saya bilang, “Itu
emang rencana kita. Dini udah minta izin. Makanya aku nginep di rumah
bokap. Aku sih oke aja, asal nanti kita bisa main bertiga.”
Saya hanya terbengong
No comments:
Post a Comment