Dokter Qomarul menerima perempuan berjilbab itu di ruang tamu rumahnya 
di tengah kampung di Bantul. "Saya tertarik materi pijat bayi yang ibu 
sampaikan tempo hari," kata perempuan itu. "Ibu-ibu PKK di tempat saya 
ingin mendengar sendiri penjelasan ibu," katanya. "Kapan?" sahut dokter 
Marul yang tampak cantik dengan jilbab biru panjang dan jubah biru tua 
kembang-kembangnya. "Minggu, jam 10 pagi," jawab perempuan itu. Dokter 
Marul melihat catatan jadwalnya berceramah di banyak tempat. "Baik, tapi
 saya dijemput ya?" sahutnya. Perempuan itu mengiyakan lalu pamit 
pulang.
Dokter Marul melihat perempuan itu diboncengkan seorang lelaki. 
Perasaannya agak tak enak melihat tatap mata lelaki itu yang seperti 
menembus busananya. Minggu, pukul 09.45, perempuan itu datang sendirian,
 bersepedamotor. "Bagaimana bu?" "Ayo, kita berangkat sekarang," Di 
jalan, motor melewati jalan-jalan kampung yang tak dikenal dr Marul. 
"Kok lewat sini sih?" tanyanya. "Kita nggak pakai helm bu, nanti kena 
tilang," katanya. Dokter Marul tak ambil pusing daerah mana yang ia 
lewati. Toh nanti ia diantar pulang. Sampai akhirnya, motor masuk ke 
sebuah rumah besar berpintu gerbang dan pagar tinggi, di tepi sawah, 
jauh dari rumah penduduk. Motor itu baru berhenti di dalam garasi besar 
dengan beberapa mobil di dalamnya. Rolling door garasi ditutup.
"Silakan masuk bu..." Dokter Marul masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa
 besar. Heran juga ia, ini rumah kok mewah betul. "Mana ibu-ibunya?" "Di
 ruang dalam bu sama bayinya...sebentar ya," perempuan itu masuk lalu 
tak lama kemudian kembali. "Mari bu..." Dokter Marul mengikutinya. 
Ketika pintu ruangan dibuka, dokter Marul agak terkejut juga. Di dalam, 
ada lima perempuan, semuanya bercadar serba hitam, hanya mata saja yang 
terlihat. Apalagi tak seorang pun yang menjawab salamnya. Mereka hanya 
menganggukkan kepala. Dokter Marul duduk di hadapan para ibu itu. 
Sementara di tengah ruangan ada kasur digelar di lantai. "Bisa kita 
mulai?" tanyanya. "Sebentar bu, saya ambil bayinya," kata perempuan yang
 tadi menjemputnya. "Yuk, bantu saya bawa bayinya..." katanya kepada 
seorang ibu bercadar. Dokter Marul terkejut luar biasa waktu mendengar 
suara erangan perempuan. Semua mata menoleh ke arah datangnya suara. 
"Ohhhh...." dokter Marul terpekik. "Bayinya nggak ada bu, ini 
gantinya..." perempuan itu menunjuk seorang perempuan yang terikat kedua
 tangannya di belakang punggungnya, telanjang bulat, hanya secuil jilbab
 di kepalanya, kini dihempaskan ke atas kasur di tengah ruangan. 
"Apa-apaan ini?" suara dr Marul gemetar. "Cewek ini perlu dipijat, bu 
dokter. Dia kecapekan diperkosa lima lelaki selama dua hari...ayo 
diperiksa bu..." Ragu-ragu Dokter Marul mendekat. "Lho, Bu Isnu?" ia 
memekik begitu mengenali perempuan itu adalah temannya. "Siapa yang 
melakukan ini?" lanjutnya sambil memperhatikan sepasang payudara montok 
Isnu yang terlihat memar bekas remasan dan beberapa luka gigitan di 
sekitar putingnya. Isnu hanya merintih dan melirik ke lima perempuan 
bercadar. Dokter Marul mengikuti arah pandangan Isnu.
Ia memekik terkejut sekaligus takut ketika melihat 5 perempuan bercadar 
itu telah melepas kerudung dan cadarnya. Dan di baliknya, terpampang 
wajah-wajah kasar dan bengis lelaki. Dokter Marul kini ketakutan, 
apalagi kelima lelaki itu kini mengelilinginya sambil melepas satu 
persatu busana mereka. Ketika tinggal selangkah lagi, kelimanya sudah 
bugil dan... "Jangaaaannn..." Dokter Marul menjerit histeris saat 
payudara kirinya ditangkap dan dicengkeram kuat-kuat. Ia coba menepiskan
 tangan itu, tapi kini malah kedua tangannya yang dipegangi. Dokter 
Marul menjerit lagi, putus asa. Sementara payudara kirinya masih 
disakiti, payudara kanannya pun mulai dicengkeram, diremas-remas dan 
sesekali ditarik, seperti hendak dilepaskan dari dadanya. Pekikan kecil 
kembali keluar dari bibirnya saat pangkal pahanya pun dijamah. Perempuan
 berusia 34 tahun itu makin panik ketika menyadari kedua tangannya telah
 terikat di belakang tubuhnya. Lalu ujung-ujung jilbab panjangnya pun 
diikat ke belakang lehernya. Sekilas dokter Marul melihat perempuan yang
 tadi menjemputnya pun telah telanjang bulat, tetapi masih tetap 
mengenakan jilbabnya. Perempuan itu tampak tengah merapatkan wajahnya di
 selangkangan Isnu yang mengerang-erang. Sementara kedua tangannya 
meremas-remas payudara guru TK itu. "Bu dokter boleh teriak 
sekuat-kuatnya, tetapi jangan harap ada yang akan menolong," ancam 
lelaki yang tengah meremas selangkangannya seraya memperkeras 
remasannya.
"Aaiihhhhh...jangaaannn...addduhhhhh...sakkkiiiitt t...jangaaaannnn..." 
dokter Marul akhirnya tak tahan untuk tak berteriak. Kulit kelaminnya 
terasa pedih karena cengkeraman lelaki itu membuat rambut kelaminnya 
tertarik. "Bu dokter belum punya anak ya? Jangan khawatir, kami akan 
buatkan anak...he he... kembar lima..." lanjut lelaki itu, lalu berlutut
 di hadapan dokter Marul. Perempuan itu menjerit dan menangis ketika 
jubahnya yang coklat dan bermotif bunga-bunga kecil, digunting dua 
jengkal di atas lutut. Tetapi ternyata di baliknya masih ada rok dalam 
berwarna putih. Masih sambil memegang gunting, lelaki itu menarik turun 
rok dalam dokter Marul. Perlahan, paha yang putih mulus sedikit demi 
sedikit terlihat bebas. Pangkal paha perempuan itu cuma terlihat 
sedikit. "Ngintip sedikit ya bu dokter ?" kata lelaki di bawah, sambil 
mengangkat ujung jubah yang terpotong hingga kini pangkal pahanya yang 
tertutup cd putih terlihat jelas. Celana dalam dokter yang juga aktifis 
Partai Keadilan itu tampak padat menggembung. Sekilas terbayang 
kehitaman di baliknya. Lima lelaki itu bersorak dan berebut berkomentar.
 "Asyiiik... kita bakal lihat memek dokter," "Cepet buka celananya !" 
"Iya... gue mau gigit klentitnya !" Dokter Marul bergidik mendengar 
komentar-komentar jorok itu. "Sebentar, aku lebih suka melihat yang ini 
dulu," lelaki di depannya tiba-tiba bangkit. Dokter Marul menggeliat 
saat lelaki itu menangkupkan kedua telapak tangannya di atas payudaranya
 dan meremas-remasnya dengan lembut. Dokter Marul terisak-isak ketika 
lelaki itu menggunting kain jubah di depan tonjolan payudaranya.
Dua lubang besar kini memperlihatkan payudaranya yang masih terbungkus 
BH. "Sekarang waktunya buka jendela," lelaki itu kemudian memotong tali 
BH sebelah kanan, dilanjutkan dengan tali di rusuk dan sambungan antara 
cup BH. Dijumputnya cup BH dokter Marul perlahan hingga terlepas. 
"Aihhhh....!" dokter Marul terpekik. Wajahnya merah padam. Payudaranya 
yang sebelah kanan kini terbuka bebas. Tak seberapa besar tetapi tampak 
bundar dan padat. Putingnya yang hitam, bagaikan penghapus di ujung 
pensil. Payudaranya begitu putih dan mulus, sampai-sampai pembuluh 
darahnya yang biru kehijauan terlihat di balik kulitnya. Perempuan itu 
terus memekik-mekik, sebab satu persatu para lelaki bergantian 
meremasnya. Tak satupun yang melewatkan memilin-milin dan menarik-narik 
putingnya. Bahkan, merekapun menjilati dan mengulum daging mungil itu. 
Dokter Marul menggigit bibir dan memejamkan matanya. Tak sadar payudara 
yang satunya pun kini terbuka. Dokter Marul baru menjerit ketika lelaki 
pemegang gunting mengulum dan kemudian menggigit putingnya agak keras. 
Dokter Marul betul-betul panik. Ia kini dibaringkan di sebelah Isnu. Ia 
sempat melirik wajah Isnu dikangkangi perempuan berjilbab yang tadi 
menjemputnya. Perempuan itu terlihat menusuk-nusuk vagina Isnu dengan 
jarinya. "Ayo, sekarang kita mengecek memek dokter !" tiba-tiba 
terdengar suara lelaki, seperti petir di telinga dokter Marul. Tetapi ia
 cuma bisa menjerit-jerit saat kedua kakinya diangkat dan direnggangkan 
selebar-lebarnya.
Pangkal pahanya kini betul-betul menjadi sasaran empuk. Beberapa pasang 
tangan langsung meraba, meremas dan menepuk-nepuk vaginanya yang masih 
tertutup cd. Dokter Marul menjerit lebih keras saat ada tangan yang 
menyusup ke balik cdnya. Tapi semua sia-sia. Celana dalamnya pun kini 
terenggut putus, menampakkan kelaminnya yang tampak segar dengan sedikit
 rambut tumbuh di situ. Kedua kaki dokter Marul ditarik ke arah 
tubuhnya. Akibatnya punggungnya kini melengkung dan pinggulnya 
terangkat. Lelaki yang tadi menggunting jubahnya merapatkan wajahnya ke 
vagina perempuan itu. Dikucek-kuceknya pintu masuk ke liang vagina 
perempuan itu. Dua jempolnya kini mulai menyusup di celah vaginanya. 
Dokter Marul merintih-rintih. "Ciluuk.... baaaa !" lelaki itu melebarkan
 liang vagina korbannya. "Buseetttt.... gila !" teriaknya.
Teman-temannya mendekatkan wajah ke vagina dokter Marul. Mereka melihat 
bagian dalam vagina dokter Marul yang pink dan tampak ada selaput masih 
utuh di situ. "Bu dokter masih perawan ya? Makanya nggak punya-punya 
anak !" Mendengar hal itu, para lelaki bersorak-sorak. Salah seorang 
dari mereka lalu menjilati pipi perempuan itu, lalu memaksa mengulum 
bibirnya. "Kenapa masih perawan, Bu ? kontol suami ibu nggak bisa 
ngaceng ya? Wah, bego betul dia. Ngelihat memek dan tetek ibu, lelaki 
harusnya bisa ngaceng !" katanya. Marul tak menjawab, ia menangis 
terisak-isak. Tetapi tak urung ia meronta-ronta saat seorang lelaki 
mengangkangi wajahnya dan menyodorkan sebatang penis yang meski belum 
tegang, tapi tampak menjuntai panjang. "Bu dokter belum pernah lihat 
kontol ngaceng kan?" katanya sambil memaksa dokter Marul mengulum 
penisnya.
Sebagai dokter, Marul tentu saja tahu soal oral seks. Tetapi sebagai 
perempuan 'baik-baik' ia tak pernah membayangkan bakal melakukannya, 
apalagi terhadap penis lelaki asing ! Namun, sekeras apapun 
penolakannya, para lelaki itu begitu berkuasa atas dirinya. Kini penis 
lelaki itu telah memenuhi rongga mulutnya. Dokter Marul bisa merasakan 
penis lelaki itu membesar dan mengeras hingga ia mulai kesulitan 
bernapas, karena pemilik penis itu mulai menggerakkan penisnya maju 
mundur sampai menyentuh kerongkongannya. Perempuan itu seperti akan 
pingsan menerima penghinaan hebat seperti itu. Sementara mulutnya 
diperkosa, sepasang payudaranya tak henti dipermainkan. Kedua putingnya 
mengeras dan panjang akibat terus dihisap dan ditarik-tarik para 
pengeroyoknya. Sementara vaginanya betul-betul basah karena terus 
dijilati dan dikunyah para lelaki berganti-ganti. "Suruh nungging cewek 
itu di sini," kata lelaki yang sedang memperkosa mulut dokter Marul. 
Tampaknya ia pemimpin komplotan ini.
Dua lelaki kemudian menyeret Isnu dan membuatnya menungging di sisi 
kepala dokter Marul. Pimpinan komplotan itu kemudian memutar kepala 
dokter Marul hingga wajahnya menghadap selangkangan Isnu. "Ayo bu 
dokter, lihat memek cewek ini," katanya sambil menusukkan dua jari ke 
vagina Isnu yang tampak memar. "Saya ingin tunjukkan padamu bagaimana 
seharusnya kontol lelaki," lanjutnya sambil menarik keluar penisnya. 
"Suruh dia melihat terus. Kalak menolak, tarik pentilnya !" lelaki itu 
memberi perintah kepada teman-temannya. Jadilah dokter Marul melihat 
lelaki itu menghampiri Isnu dari belakang. Dokter Marul bisa melihat 
penis lelaki itu menekan liang vagina Isnu. "Ini gunanya kontol , Bu ! 
Nanti ibu dokter juga harus merasakannya," lelaki itu lalu mendorong 
penisnya, masuk sejauh-jauhnya ke vagina Isnu.
Dokter Marul menggigit bibirnya ketika mendengar rintih kesakitan Isnu. 
Lelaki itu tidak lama melakukannya. Ia tampaknya cuma ingin 
mempermainkan dokter Marul. Ditariknya penisnya keluar dan dipaksanya 
dokter Marul kembali mengulum penisnya yang kini berlumur cairan vagina 
Isnu dan sisa-sisa sperma bekas perkosaan di dalamnya. Dokter Marul mau 
muntah, tapi tetap saja ia melakukannya. "Tak cuma memek Bu. Lubang di 
sebelahnya juga bisa," lelaki itu lalu menarik keluar penisnya dari 
mulut dokter Marul dan kini menempelkan kepala penisnya ke liang anus 
Isnu. Dokter Marul memandang dengan penuh rasa ngeri saat melihat anus 
Isnu melebar terdesak penis yang lumayan besar itu. Apalagi, Isnu pun 
mengerang keras saat anusnya diterobos dengan kasar. Itu pun tak lama. 
Lelaki itu lagi-lagi mengeluarkan penisnya dan memaksa dokter Marul 
mengulumnya. "Nah, sekarang saya ingin tunjukkan kepada bu dokter, 
bagaimana rasanya disetubuhi. Bu dokter baru tahu teorinya kan?" 
katanya. Kali ini perempuan itu betul-betul panik. Posisi tubuhnya yang 
terlentang dengan kaki mengangkang didorong merapat ke arah tubuhnya, 
membuat ia dapat jelas melihat vaginanya yang kini dituding penis lelaki
 itu. "Aahh... jangannn... tolong... jangaaannnn..." perempuan itu 
mengiba-iba. Dilihatnya bibir vaginanya mulai membuka akibat ditekan 
kepala penis. Namun, dokter Marul tak bisa apa-apa. Apalagi empat lelaki
 lainnya pun terus mempermainkannya. Empat pasang tangan tak henti 
meraba sekujur tubuhnya.
Dokter Marul ingin memejamkan matanya, namun seorang di antara mereka 
memaksa kelopak matanya membuka. Karena itu, ia terpaksa menatap 
pemandangan mengerikan di hadapannya... "Memek bu dokter hangat juga nih
 ... " kata pemilik penis saat ujung penisnya mulai terjepit bibir 
vagina dokter Marul. "Sudah....sudah... 
keluarkan....ahhh...aaaaaaaakkkkkhhhhhh !!!" Dokter Marul menjerit 
histeris. Sebab, lelaki itu dengan tiba-tiba mendorong penisnya maju. 
Perempuan itu merasa bagian bawah tubuhnya seakan terbelah. Dokter Marul
 masih menjerit-jerit kesakitan. Tetapi lelaki itu dengan tenangnya 
membuat gerakan memutar-mutar pinggul. Akibatnya, penisnya yang besar 
dan panjang seperti mengaduk-aduk bagian dalam vagina dokter Marul. 
Sekujur tubuh perempuan itu menggigil menahan sakit. "Nah, bu dokter 
sekarang bisa lihat yang namanya darah perawan. Mestinya ini pada malam 
pertama kan?" lelaki itu menarik keluar penisnya yang berlumur darah dan
 memaksa dokter Marul melihat. "Kalian.... jahat... ihik..." dokter 
Marul terisak. "Tepat ! Kami memang jahat. Dan sekarang saya ingin 
tunjukkan kejahatan lainnya..." lelaki itu lalu menunjukan sebuah botol 
kecil. Dokter Marul tak tahu isi botol itu, tapi dilihatnya lelaki itu 
mencolek krim dari dalamnya dan membaluri telunjuk dan jari tengahnya 
dengan krim itu. "Hiaaaahhhhhhh.... sakkkkiiittttt....!!!" Dokter Marul 
menjerit histeris. Lelaki itu dengan tidak berperasaan menusukkan dua 
jarinya itu ke anusnya dan langsung menggerakkannya berputar-putar. 
"Husss... cup...cup.... jangan teriak dulu sayang... Ini belum apa-apa. 
Sekarang coba yang ini..." lelaki itu langsung menekan anus dokter Marul
 dengan ujung penisnya. Tak terlalu sulit karena liang sempit itu sudah 
dilumasi.
Kepala penisnya langsung melesak ke dalam diiringi jerit dokter Marul 
yang makin keras. Jeritan dokter Marul makin parau ketika akhirnya penis
 lelaki itu berhasil masuk sampai ke pangkalnya. Selebihnya adalah 
penderitaan hebat perempuan itu lantaran kocokan cepat di anusnya. 
Bahkan, berkali-kali lelaki itu memindah-mindahkan penisnya dari anus ke
 vagina dan sebaliknya. Hingga akhirnya, lelaki itu seperti kesetanan 
mengaduk vagina dokter Marul. "Grrrrhhhhhh....." lelaki itu menggeram 
keras dan tiba-tiba saja telah mengangkangi wajah dokter Marul lalu 
memaksanya mengulum penisnya yang berlendir. Dokter Marul membelalakkan 
matanya saat merasakan penis lelaki itu berdenyut-denyut di dalam 
mulutnya. Lalu, beberapa detik kemudian, semburan deras cairan kental 
berbau khas mengenai dinding kerongkongannya. Semprotan sperma lelaki 
itu seolah tak mau berhenti. Padahal, dokter Marul merasakan rongga 
mulutnya telah dipenuhi cairan yang membuatnya ingin muntah. Lelaki itu 
tak juga melepaskan penisnya dari mulut dokter Marul. "Ayo ditelan, bu 
dokter. Itu mengandung protein tinggi lho !" kata para pengeroyoknya. 
Ada yang kemudian mencengkeram kedua payudaranya sambil memaksanya 
menelan sperma temannya.
Terpaksa, dokter Marul melakukannya..dan tiba-tiba ia merasakan gelap 
disekitarnya.....ketika ia membuka mata,ia mendapati dirinya terbaring 
di kasur...segera ia bersyukur, ternyata itu semua hanya mimpi.

No comments:
Post a Comment