Sebenarnya Marni bukanlah pembantu yang suka mengumbar keseksian 
tubuhnya di depan sang majikan karena memang sudah ga seksi lagi. Tapi 
sempat juga aku menikmatinya dan ada yang membuatku selalu ketagihan 
bersetubuh dengan dia.
Marni adalah pembantu dirumah orangtuaku sejak dari aku masih SD sejak 
dia masih gadis, sekitar 30 tahun lalu, beda usia 7 tahun dengan aku 
jadi dia sekarang berusia sekitar 48 tahun. Tapi aku memanggil dia 
dengan Marni aja dan dia panggil aku dengan den. Ketika aku lulus SMP 
dia minta keluar karena mau nikah. Sekitar tiga tahun lalu dia kembali 
datang kerumah untuk minta bekerja kembali sebagai pembantu dirumah yang
 dia kira masih rumah orangtuaku. Ternyata kedua orangtuaku sudah 
meninggal dan dia tidak tahu samasekali bahwa aku sudah menikah dan 
punya anak satu. Dia bilang suaminya meninggal karena sakit tiphus dua 
tahun lalu dan dia butuh pekerjaan untuk membiayai anaknya yang saat itu
 sudah di bangku SMA. Saat itu aku sedang butuh pembantu jadi aku terima
 dia , disamping sudah saling mengenal. Penampilannya tentu saja sudah 
berbeda dari yang dulu. Sekarang dia agak gemuk dan selalu memakai kain 
sarung atau celana panjang.
Awalnya sih biasa-biasa aja tidak kejadian yang istimewa. Baru sekitar dua tahun dia bekerja dirumahku kejadian ini berlangsung.
Saat itu istriku sedang ke Manado untuk menghadiri resepsi pernikahan 
keponakannya bersama anaku. Aku ngga ikut karena mengingat biaya yang 
cukup besar. Hari kedua aku dirumah bersama Marni. Sepulang kerja 
badanku terasa masuk angin. Aku suruh Marni menyiapkan air hangat untuk 
mandi, biasanya aku ngga pernah mandi pakai air panas. Sehabis mandi aku
 minta dikerok sama si Marni, " Marni, tolong kerokin aku dong", " Ya ..
 den " jawab Marni biasa saja karena memang dari kecil aku dirawat sama 
dia. Saat itu dia memakai kain sarung. Aku langsung buka baju, hanya 
memakai celana pendek katun tanpa CD (dirumah aku ngga pernah pakai 
CD...lebih enak) langsung tengkurap dikapet ruang ruang keluarga yang 
memang ngga ada sofanya. Setelah selesai dia bertanya " Sekalian saya 
pijit aja ya den ? " " Emang kamu bisa ? " aku balas bertanya. " 
Ya..dikit-dikt sih bisa. Dulu kan kalau almarhum suamiku capek saya yang
 mijit den.." jawabnya. " Kalau begitu okedeh... " kataku setengah 
bercanda.
Dan dia mulai memijit dan mengurut kakiku dengan lotion milik istriku. 
Sampai akhirnya dia memijit bagian pinggang dan punggungku. Saat itu 
posisi paha kanan dia berada ditengah kedua pahaku. Tentu saja untuk 
melakukan posisi ini dia harus menarik kain sarungnya diatas lutut dan 
bagian dalam paha kanannya bersentuhan dengan bagian dalam paha kiriku. 
Saat itulah aku baru sadar kalau pahanya halus sekali. Karena dia 
mengurut dai pinggang ke pundak pahanya terus bergesekan dengan pahaku 
dan mulailah pikiran ngeresku.
Aku cari akal dan setan membantuku dengan cepat. " Udah Ni, sekarang 
bagian depan aja " kataku sambil membalikan badan jadi terlentang 
posisiku sekarang, dan si Marni meneruskan memijit kakiku sambil 
jongkok. Tanganku mulai nakal, aku elus pantatnya, dia kaget tapi tidak 
berani berontak. Aku semakin berani, aku sedikit meremas pantatnya yang 
sudah tidak keras lagi, baru di sedikit berontak " Jangan.. den " " Kan 
ngga ada siapa-siapa, Mar ? " kataku sambil meraih pinggangnya sehingga 
dia setengahnya dia menindih aku, mukanya pas berada diatas mukaku, dia 
kaget tapi tidak berkata apa2 , aku langsung mencium bibirnya, " 
mmmh..." dia berusaha menarik mukanya tapi aku pererat dekapanku.
Beberapa saat kemudian dia bisa melepaskan bibirnya dari ciumanku " den.. aku malu. udah tua, masa sih aden mau sama saya "
Aku tidak ngomong apa2 karena aku sudah naik nafsuku. Aku cium lagi 
bibirnya pelan2 kali ini dia tidak menolak, agak lama aku mencium 
bibirnya kemudian lehernya sambil tanga kananku meraba teteknya yang 
sudah tidak padat lagi. Marni mulai naik juga birahinya, mungkin karena 
sudah lama ngga disentuh laki2. Dari mulutnya keluar desisan " ssshh.."
Tanganku mulai membuka baju dan kain sarungnya. Dia diam saja. Dan 
inilah yang baru aku lihat saat ini. Kulit dia kuning dan masih mulus. 
Pelan2 aku buka BH nya. dan tetenya yang tidak terlalu besar sedikit 
tergantung karena usianya yang hampir gocap, tapi yang masih indah 
adalah bentuk panggul dan pahanya. Inilah yang membuatku makin 
bergairah. Aku terus meraba bagian veginya dan desisannya semakin keras 
"sss.ss.hhh....ahh"
Saat aku melorotkan CDnya dia sedikit menahan " Den, nanti aku hamil.." "
 Tenang...aku tanggung jawab " jawabku sekenanya. Akhirnya dia diam saat
 aku kembali menciumi perutnya kemudian turun ke jembutnya yang tebal, 
pelan2 turun kepangkal pahanya kemudian kevginya. Desisannya semakin 
keras saat lidahku menjilat klitoris dan bagian dalam veginya. Dia 
semakin lebar membuka pahanya. Aku berhenti dia agak kaget " Ke kamar 
aja yuk biar empuk " Dia mengangguk dan mengikutiku kekamar dan langsung
 terlentang di kasur yang biasa aku pakai bersama istriku. Aku tidak 
langsung menyergapnya, tapi aku tarik kedua kakinya sampai pantatnya 
diujung kasur, indah sekali bentuk memeknya. Aku buka kedua kakinya dan 
langsung aku jilat klitoris dan bagian dalam veginya yang mulai berasa 
asin karena cairan kewanitaannya yang keluar banyak, sekitar tiga menit 
kemudian dia mulai tegang, tangannya mencengkeram sprei keras dan kedua 
kakinya dinaikan keujung kasur sehingga pantatnya sedikit naik. Dengan 
posisinya seperti ini lubang veginya lebih lebar terbuka dan lidahku 
lebih mudah masuk kedalam lubang veginya.
Tiba2 dia bergetar dan "Den...aku keluar.." ada cairan kental yang 
menyiram hidungku dan terdengar suara pelan "crit.." saat itu hidungku 
berada depan mulut veginya, saat itu aku sedang menjilat bagian dalam 
veginya. Langsung aku hisap klitorisnya "aah.." desahnya.
"Gila Marni, kamu bisa nyemprot begitu..." Dia ngga bisa menjawab karena
 masih terengah2 dan badannya sedikit berkeringat. "Enak sekali den.." 
"Emang kamu ngga pernah dijilatin sama suamimu ?" tanyaku " Pernah sih 
tapi ngga sampai keluar di mulut karena almarhum suamiku langsung minta 
dimasukin burungnya. Ayo sekarang gantian, aden yang marni servis" 
"Diservis ? Emang punyaku rusak ? " candaku.
Marni langsung membuka celanaku dan memgang burungku yang ujungnya basah karena aku juga udah nafsu.
Dipegangnya burungku dan sejenak dia melihat " Kenapa ? " tanyaku " 
Gedean punya almarhum " Jawabnya " Coba dulu rasanya, ukuran tidak 
menjamin rasa." jjawabku. Akhirnya dia mulai menghisap burungku yang 
panjangnya hanya 13 cm, tangankupun tak tinggal diam, aku tarik 
pantatnya supaya dekat kemulutku lagi dan posisi kami 69. Rupanya dia 
belum mengeringkan veginya, terbukti masih licin saat aku pegang dan 
memudahkan aku untuk meraba2 liang anusnya dengan bantuan lendir 
veginya.
Langsung liang anusnya berkontraksi kayak pantat ayam "aaaah.." erangnya sambil melepaskan sejenak burungku dari mulutnya.
Ketika dia kembali menghisap burungku, lidahkupun menjilati veginya yang
 terasa asin karena lendirnya. Rasa ini yang menambah naiknya nafsuku 
dan dia. Sekitar 5 menit berlangsung proses saling menjilat dan 
menghisap dan aku minta dia untuk posisi dia di atas " Kamu diatas ya..?
 " Dia mengangguk dan langsung mengambil posisi di atas.
Pahanya langsung mengangkang diatas burungku, dipegangnya burungku dan 
dibimbing ke veginya " ssssshhh.. " desis kami berdua. Enak sekali saat 
burungku masuk karena veginya begitu licin oleh lendirnya. "Den kita 
keluar sama2 ya..? " pintanya dan aku hanya mengangguk. Dia mulai menaik
 turunkan pantatnya dan aku bilang " Pelan2 aja sambil kamu rasakan 
licinnnya Mar ". Mula2 dia bisa pelan2 sambil menikmati gesekan2nya 
sepuluh menit kemudian gerakan dia semakin liar dan tentu saja akupun 
mengikuti gerakannya, kalau saat pantanya turun aku naikan pantatku 
sehingga burungku mentok ke dinding rahimnya, begitu sterusnya sehingga 
dia bertambah liar goyanggannya dan akupun sudah hampir keluar " ayo.. 
bareng2 keluarnya hhhh..." kataku. Dia tidak menjawab hanya tiba2 dia 
memeluku erat2 sambil pantatnya terus bergoyang dan " deeennn...." aku 
merasakan biji pelerku ada cairan yang mengalir dan akupun tidak tahan 
lagi " Marni.... aku egghhh " aku cium bibirnya kuat2 "aduh den sakit!" 
teriaknya.
Kami saling berpelukan tapi burungku belum dicat dari veginya. " Gimana ?
 enak mana sama punya almarhum suamimu ? " " Kalau rasanya enak aden 
soalnya aden lebih pintar mainnya dan bisa nahan keluar sama2, kalau 
almarhum ngga, dia pasti keluar duluan baru saya. Kadang saya ngga 
keluar dia punya keburu turun ". " Gue kate juge ape, Aden lu lawan "
Besoknya aku suruh Marni minum pil KB 3 butir yang warna coklat dan 2 
hari kemudian dia langsung menstruasi, jadi liburlah acaraku menyetubuhi
 Marni Pembantuku sampai istriku pulang dari Manado dan aku dan Marni 
saling menjaga rahasia terhadap istriku.
Aku mengulangi kalau keadaan aman dan sampai kini masih berlangsung.
Sekitar 2bulan setelah aku berstubuh dengan Marni untuk yang pertama, mijn bedinde.
Hari itu aku pulang kerja lebih awal yaitu sekitar jam 2 siang, biasanya
 aku sampai di rumah sekitar jam 6.30 sore. Hari ini aku habis dari 
customer langsung pulang ke rumah, lagi males balik ke kantor, disamping
 jaraknya yang cukup jauh, customer jaraknya lebih dekat kerumahku.
Ketika aku masuk ke rumah keadaan sepi, yang aku lihat hanya Marni yang 
lagi nyapu di ruang tengah. " Marni, kemana ibu sama Rio (anaku) ? " 
tanyaku " Ibu baru pergi katanya sih ke Mangga Dua sama non Siska 
(sepupu istriku) Den Rio pergi nonton sama temennya, tadi sih 
berangkatnya bareng2 Ibu dan non Siska "
"Wah aman nich boss" bisik si setan cabul ditelingaku. Langsung aku 
teringat semprotan lendirnya di hidungku dan ak dekati si Marni dan 
langsung aku peluk si Marni dari belakang. Dia terkejut tapi tidak 
melawan bahkan dia membalikan tubuhnya sehingga berhadapan denganku 
sambil senyum dan berani mencium pipiku " Mau lagi ya Den ? "
Aku cuma senyum dan menggandeng dia ke kamarku, aku langsung mencium 
lehernya dalam posisi berdiri "ssssshh...." desisnya sambil tangannya 
berusaha membuka bajuku. Aku berhenti menciumnya dan aku berdiri 
sementara Marni membuka baju dan celanaku hingga tinggal CDku, dia mulai
 menciumi dada dan menjilat serta menghisap pelan teteku sambil 
tangannya mengusap2 burungku dari luar cd dan tentu saja burung sudah 
ngaceng. Sesaat di menciumi perutku dan tangannya melorotkan cdku, 
langsung saja burungku menunjuk ke dia. Kemudian Marni duduk di 
pinggiran ranjang, tangannya mengelus burungku dan dia melihatku sambil 
senyum (aku ngga tahu apa artinya), kemudian lidahnya mulai menjilati 
kepala burungku, turun kebawah, sebentar menghisap telorku kembali lagi 
ke bagian leher burungku, disini lidahnya diputar cepat sehingga 
membuatku sangat geli dan nafsuku makin naik. Kemudian dia memasukan 
seluruh burungku kedaalam mulutnya sambil memaju mundurkan kepalanya.
Aku cuma bisa mendesah sambil mengusap2 rambutnya. 7 menit kemudian aku 
minta Marni berhenti dan gantia aku suruh berdiri dan aku yang duduk di 
pinggir kasur. Aku membuka satu persatu pakaiannya sampai tinggal cdnya 
saja aku sangat mnyukai bentuk pantat dan paha Marni yang masih 
berbentuk indah (kalau boleh dibilang bentuknya lebih indah dari punya 
istriku) walaupun sudah tidak padat bahkan agak lembek tapi masih mulus 
(karena kulitnya yang kuning langsat) dan kulitnya sangat halus dan 
licin. Aku pelorotkan cdnya dan jembutnya yang tebal tidak beraturan 
terpampang dimukaku. Aku elus pelan2 jembutnya sambil aku cium perutnya 
kemudian aku elus dan sedikit menekan klitorisnya dia mulai 
merenggangkan kakinya sehingga jariku lebih mudah masuk kedalam veginya.
 " Wow...basah sekali kamu Marni" kataku "Iya den aku udah nafsu, habis 
kan udah 2 bulan ngga Aden apa2in sedang pikiran saya ingat terus waktu 
kita main pertama kali" katanya sambil tersendat2 nafasnya.
Aku angkat kaki kirinya keatas kasur sehingga lubang veginya lebih lebar
 terbuka dan aku belutut di lantai sambil aku menjilati klitorisnya dan 
sebentar2 aku jilat bagian dalam veginya yang semakin asin dan licin 
karena lendirnya semakin banyak meleler bahkan dagukupun mulai basah dan
 licin karena lendirnya. Dari mulutnya terus keluar desisnya dan 
panatatnya juga bergoyang semakin kencang mengimbangi jilatan lidahku.
Tangannya mulai meremas2 kepalaku dan " Den aku ngga tahan..hh...mau 
keluar.." katanya. "keluarin aja..." jawabku singkat sambil terus 
menjilati klitorisnya sedangkan tanganku meremas pantat yang disertai 
pijitan2 kecil di lubang anusnya.
Beberapa saat kemudian Marni sudah tidak dapat menahan gairahnya, 
tangannya meremas sambil menekan kepalaku supaya lebih rapat ke veginya 
dan ..... " aa hh......." dia mengerang dan " crit..." dia menyeprotkan 
lendir kewanitaannya ke mulut dan hidungku. "Banyak keluarnya kamu Marni
 ? Lebih banyak dari yang lalu " tanyaku. Marni belum bisa menjawab 
karena badannya tepatnya pahanya masih bergetar dan tangannya terus 
meremas kepalaku. " Iya den karena dulu masih takut kalau aden marah, 
sekarang rasanya lebih plong " jawabnya setelah agak tenang sambil dia 
duduk di pinggir kasur disampingku. Aku rangkul dia sambil aku cium 
kepalanya dadanya masih terasa bedegup kencang. " Ayo gantian aden 
keluarin" katanya "Sabar.. kamu kan masih capek.. biar tenang dulu" 
kataku.
Dua menit kemudian tangannya mulai mengerayangi burungku yang masih 
ngaceng yang sedang berbaring dipinggiran kasur bersama Marni. Tiba2 dia
 dia bangkit dan kaki kanannya melangkahi perutku, aku kira dia mau 
ambil posisi 69 seperti yang lalu ternyata tidak.
Dengan tangannya kedua pahaku dirapatkan dan Marni mengarahkan burungku 
ke veginya sambil membelakangiku sambil dia berlutut dia memaju 
mundurkan pantatnya (posisinya mirip doggy style tapi aku terlenta di 
kasur dan dia yang aktif bergoyang). Terus terang baru kali ini aku 
ngewe dengan posisi ini karena istriku selalu menolak kalau diajak 
melakukan posisi ini. Ternyata sangat enak karena bagian leher bawah 
burungku yang merupakan bagian paling sensitive kemaluan laki2 
bergesekan dengan klitoris Marni, belum ditambah licinnya lendirnya yang
 terus mengalir karena dia sudah mulai nafsu lagi. Dan aku tahu biasanya
 cewek akan lebih cepat orgasme keduanya dibanding yang pertama.
Sekitar 4-5 menit kemudian Marni menahan badannya dengan kedua tangannya
 ke belakang sehingga pantatnya sedikit terangkat, sekarang gantian aku 
yang aktif menaik turunkan pantatku sehingga burungku keluar masuk 
veginya " cplok...cplok" terdengar bunyi becek divegi Marni yang mulai 
banjir aku makin bernafsu dibuatnya dan gerakankun semakin kasar dan 
Marnipun makin liar mengimbagi " Terus....terus den" Tiba2 Marni 
melepaskan burungku dan dengan cepat berbalik jongkok berhadapan dengan 
sambil tangannya memasukan burungku cepat2 ke veginya dan dia pun lebih 
liar menggoyang pantatnya dan laharkupun rasanya hampir meletus, 
pantatku mengimbangi gerarakannya tiba2 dia berkata sambil terus goyang 
dan terengah2 "Jangan digoyang den......aden diam aja biar saya yang 
goyang" dan aku menurut sambil menahan gejolak spermaku.
Sebentar kemudian dia berteriak " aah.hhh...." sambil tiba2 dia 
melepaskan veginya dari burungku dan dia memuntahkan lendirnya diperutku
 sambil terus badannya bergetar dan mulutnya mendesis2 
"ssshh....aah....ssh....aaah" dan dengan gerakan yang cepat pula dia 
berbalik ke posisi 69 dan meraih burungku langsung dihisapnya dan akupun
 menjilati veginya yang sangat basah, licin dan asin membuat pantatnya 
semakin bergetar dan akupun sudah ngga bisa lagi menahan spermaku
"Mar...aah" aku memuntahkan spermaku di dalam mulutnya yang terus 
menyedot burungku sehingga terasa seperti dipijit2 dengan mulutnya, 
kedua tanganku meremas pantatnya keras2. Rasanya kering spermaku dan aku
 terkulai lemas demikian juga Marni yang ternyata sudah menelan habis 
spermaku. Lima belas menit kemudian kami berbaring, aku teringat istriku
 "Ayo udahan, nanti Ibu pulang kita ketahuan. Bisa berabe" kataku dan 
Marni ketawa kecil sambil meninggalkan kamar belum berpakaian. "Kapan2 
lagi ya den..." katanya saat dia sampai di pintu sambil meoleh kearahku.
 Aku cuma mengangguk dan senyum.

No comments:
Post a Comment