Sore itu aku lagi menunggu bis, tapi tiba-tiba hujan turun dengan
derasnya. Aku terpaksa berteduh dipinggiran toko tua yang sudah tak
terawat lagi. Keheningan ku dipecahkan oleh bunyi halilintar yang
membahana yang seakan berteriak melepas segala beban yang di pikulnya,
ya… seakan dia mewakili keadaan ku yang diselimuti oleh begitu banyak
beban yang mendera ku.
Sesaat hayal ku bergelayut pada tanya yang terus bergunjing, mengapa
hidup ini terasa tak adil pada ku, aku hanya bisa diam dan diam saat
tamparan demi tamparan mendarat pada wajah mama ku, hingga akhirnya
keabadian menjeputnya jua. tak terasa air mata ku menetes beriring
seakan berlomba dengan derasnya hujan dan petir.
Namun tiba-tiba sebuah suara mengagetkan ku, Mas punya korek ga?
Cepat-cepat aku menyeka air mata ku, maaf mas saya ga punya, jawab ku
seiring seulas senyum yang ku paksakan. Oh ga apa-apa jawabnya dengan
suaranya yang begitu hangat terdengar. Diam-diam aku ccp (curi-curi
pandang) pada dia. Aku perhatikan cowok disamping ku mulai dari ujung
rambut hingga ujung kakinya. Wajahnya begitu tanpan dan terlihat kumis
tipisnya hingga dia begitu jantan dimata ku, Namun mata ku terhenti
ketika mata ku menatap seanggok daging yang membenjol dibalik jeansnya.
Berbagai hayal menggoda ku… J
Akhirnya aku beranikan diri mengusir sepi yang menyelami kami dengan
kebisuannya, singgaktnya aku berkenalan sama dia. Sebut saja namanya
Dimas. Namun aku sangat deg-degan bila menatap wajahnya yang tampan, tak
terasa adik kecil ku dah lama bagun.
Gelap mulai menjemput malam, hujan turun makin deras dan kelihatanya
akan lama kalau menunggu hujan reda. Dimas kelihatan resah dan ingin
pulang, namun dalam benak ku berharap semoga hujan tidak usah berhenti
biar malam ini Dimas bisa jadi milik ku. Dimas mengajak ku ke kosnya
karena hari makin malam dan udara tambah dingin. Tanpa pikir panjang,
langsung saja aku iyakan.
Dalam perjalanan menuju kosnya Dimas suasa jalan sangat sepi hanya
beberapa sedan yang berlalu, aku hanya diam dengan segudang hayal yang
merajai pikiran ku. Namun tiba-tiba Dimas berkata, kita dah nyampe nich,
akupun tersadarkan dari lamunan ku.
Dimas melemparkan handuk kerah ku, keringkan badan mu, katanya seiring
dia membuka pakaiannya satu persatu, dengan posisi tubuhnya menghadap
kearah ku, seakan dia sudah terbiasa dengan aku, usil aku bertanya,
kenapa kamu ingin membuka pakaian mu didepan ku? Ga malu apa? Dimas
malah terseyum, ngapain malu sama kamu, kamukan cowok…oh iya ya….kata
itu terlontar begitu saja dari mulut ku. Mata ku tak berkedip sedikit
pun, saat kaos itu enyah dari tubuhnya, terlihat jelas dadanya berotot
dan ditumbuhi bulu halus yang lebat, dan diapun melepas celananya,
sekarang dia hanya memakai CD saja, terlihat dengan jelas benjolan yang
ada diantara dua pahanya, namun aku yakin itu rudalnya belum bangun.
Akhirnya dia melangkah kearah kamar mandi, kamu mau mandi ga? Tanyanya
sama aku yang masih terlena dengan keindahan tubuhnya. Kita mandi bareng
saja supaya cepat.
Dada ku seakan berhenti berdetak untuk sesaat karena tak ku sangka dia
mengajak ku mandi bareng. Langkah ku agak ragu karna aku takut dia
berpikir yang macam-macam Karen rudal ku makin kencang berdiri. Ayo
cepat, suaranya memanggil ku lagi, aku berdiri di pintu kamar mandi,
kenapa? Tanyanya. Aku ga apa-apakan kamu kok tenang saja lanjutnya,
sambil senyum nakalnya menggoda ku. Dengan agak gugup aku jawab ga
apa-apa kok. Lanjutnya dengan Tanya, kenapa pakaian mu belum di buka
juga? Apa mau aku bukakan? Tanpa menunggu jawab ku dia melangkah kearah
ku, dan membuka kancing baju ku, ku biarkan tangannya membuka baju ku,
aku seperti tersihir jadi patung, tidak tahu apa yang harus ku perbuat,
tangannyapun lincah membuka sabuk celana ku, dan sesaat dia berhenti,
lalu tersenyum pada ku dengan senyum nakalnya, kenapa adik mu berdiri
kencang? A….a…a….a mungkin kedinginan jawab ku seenaknya.
Akhirnya aku dan dia sama-sama hanya memakai CD saja, tanpa membuang
masa, angan ku yang telah melayang dari tadi, memaksa tangan ku mulai
nakal, meraba-raba pahanya Dimas, namun dia membiarkan saja seakan dia
turut menikmati permainan tangan ku. Tangan ku mulai meraba kearah
dadanya, terasa ada bulu yang tumbuh lebat disana. tangan ku bergerak
melewati perutnya dan akhirnya tangan ku memegang rudalnya yang masih
loyo itu, kamu suka tanyanya pada ku? Hisaplah kalau kamu mau. Tanpa
membuang waktu aku langsung berlutut dan membuka celana dalamnya, dan
waow… rudalnya kini dah mulai naik perlahan, ukuran yang sungguh besar
bagi ku. Awalnya aku hanya menghisap bagian ujungnya, aku menjilatnya
seperti menikmati es cream, hisaplah sayang… enak sekali, katanya.
Aku sangat menikmati momen ini, sungguh nikmat rasanya…aku hentikan
aktifitas ku sejenak, akupun berdiri dan aku mencium wajahnya, aku
melumat bibirnya, Dimas hanya diam menikmati permainan yang aku
ciptakan. Namun akhirnya diapun turut ambil bagian dengan membalas
ciuman ku. Tanganyapun mulai nakal bergerak menjajah tubuh ku, aku tak
sabar lagi ingin merasakan sensasi rudalnya yang sangat besar itu
menerjah kedalam lubang ku, akupun berdiri membelakanginya dan
merapatkan tubuhku dalam dekapnya, tanganku meraih rudalnya dan berusaha
memposisikannya tepat pada lubang ku, dan akhirnya diapun mengerti apa
yang aku mau. Dia mencoba memasukan rudalnya itu tapi tak bisa, akhirnya
dia meludahi rudalnya dan juga lubang ku kemudian dia mencoba memasukan
kembali rudalnya namun perih sungguh yang aku rasa… Ah… Ah… a…a a….
ntar dulu kata ku, aduh sakit bangat nich…, aku membuka kedua belah pipi
lubang ku supaya lebih mudah dia memasukan rudalnya. Pelan-pelan rudal
itu meluncur maju, dapat ku rasakan denyutnya menghentak rongga-rongga
lobang ku, ah… sayang… sungguh nikmat…. desah Dimas… tanganya aku suruh
melancap rudal ku dan dia terus memaju-mundurkan rudalnya, lubangku
terasa terkoyak, perih tapi sungguh sangat nikmat… akhirnya Dimas
memacutkan susu pekatnya dalam lubang ku dan akupun menyusulnya
memancutkan susu pekat ku juga.
Aku menciumnya kembali dan mengucapkan terima kasih banyak, Thanks ya … J kamu sungguh hebat.
Diapun ingin melanjutkan mandinya, tapi aku kembali merangkulnya dan
menciumnya, aku mau lagi nich… bisikku ditelinganya… izikan aku
menghisap rudal mu…. Dia hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya,
Akupun berlutut menghadapnya, akupun kembali menghisapnya rudalnya yang
sudah kembali loyo, tapi dengan sentuhan lidah ku rudalnya Dimas kembali
berdiri tegak, aku menjilatnya sedikit demi sedikit dan bermain-main
dengan kedua bola rudalnya yang besar itu, aku kembali memasuk rudalnya
Dimas kedalam mulut ku, aku mencoba melahap semuanya, sampai aku terasa
sesak napas, Tanganya Dimas memegangi kepala ku seakan takut mulut ku
berhenti menghisap rudalnya. Ah… Ah… Sungguh nikmat saying, Desahnya
berlomba dengan deru air yang sudah memenuhi bak mandi, aku terus
menghisap rudalnya, dan aku mulai merasa rudalnya bergetar seiring
semprotan cairan susunya memenuhi mulut ku dan sebagian meleleh keluar,
aku terus menjulat-jilatnya, Dimas terus mendesah kenikmatan, aku terus
menghisapnya hingga rudalnya kembali Loyo. Ah… Dimas kamu sungguh nikmat
sayang… ucap ku, kamupun sungguh sangat hebat, aku belum pernah
merasakan sensasi seks senikmat dan sepuas ini.
Tapi aku tidak mau egois katanya, akupun ingin kau merasakan nikmat
seperti apa yang aku rasakan. Diapun berlutut dan menjilat rudalku
seperti yang aku lakukan padanya tadi, sungguh nikmat rasanya, permainan
Dimas sungguh sangat luar biasa, permainan lidahnya sungguh sangat
lihai, aku tak mampu membendung rasa nikmat yang aku rasakan dan tak
lama kemudian akupun merintih Ah… Ah… aaaaaaaaaaaa….. dan memancutkan
susu pekat ku dalam mulutnya.
Tak henti aku mengucapkan terima kasih pada Dimas, dan akupun berkata
padanya, jika kamu menginginkan malam ini berulang pada malam-malam yang
akan datang, aku siap sayang…. Kamu tinggal menghubungiku di nomor ini
*censored**censored**censored*….
Malam ini hujan turun dengan derasnya tapi aku sungguh sangat hangat dalam peluka mu Dimas… Thanks…. I Love You ….
Aku akan selalu menunggu kamu lagi…………
No comments:
Post a Comment