Nama saya Adi. Seperti pria pada umumnya, aku sangat menyukai hubungan
intim yang bebas untuk dilanjutkan sampai kepuasan tertinggi. Apalagi
jika pasangan saya tidak banyak berharap lebih selain kepuasan seksual.
Saya biasanya sangat bergairah terhadap wanita yang demikian. Itulah
yang terjadi antara saya dan Sari. Ini terjadi selama 3 tahun terakhir.
Umurku kini 39 tahun sementara Sari berusia 34 tahun. Memang kami
akhirnya berhenti berhubungan karena ia harus pindah ke luar kota
sementara saya tetap di Jakarta. Namun kisahku dengan dia selalu menjadi
kenangan, bahkan sering merangsangku.
Sari adalah seorang ibu dari dua anak dan bersuamikan pria yang baik,
memiliki pekerjaan lumayan di sebuah perusahaan milik pemerintah. Aku
sendiri di perusahaan swasta, se kantor dengan Sari. Badanku biasa-biasa
saja dengan tinggi hampir 170 cm, sementara Sari sekitar 165 cm.
Badannya cukup langsing dengan pantat yang agak menonjol. Inilah yang
sangat menggairahkan saya. Sementara dia bilang sangat menyukai
bersenggama dengan saya karena ukuran penis saya yang lebih gemuk dari
punya suaminya, walaupun panjangnya kira-kira sama.
Hubungan kami bermula dari kedekatan tempat duduk yang membuat kami
sering ngobrol di kala senggang. Aku suka memuji pakaiannya dengan
kalimat-kalimat yang mengarah ke urusan nafsu. Misalnya, "rokmu bagus
deh hari ini, seksi banget kelihatannya" . Luar biasanya, jawaban Sari
lebih mengarahkan lagi, "seksi gimana, hayo, jelasin dong.." Aku
biasanya langsung ngejelasin bahwa lekuk tubuhnya jadi terlihat dan enak
dipandang. Dia senang aku memujinya. Hal-hal begini terjadi dan makin
lama makin brani, namun tanpa pernah ia tersinggung atau marah.
Nampaknya dia santai-santai aja dan menikmati percakapan, sejauh apapun.
Pada suatu waktu, kamu keterusan ngobrol tentang hubungannya dengan sang
suami. Kebetulan paginya, katanya, ia baru bersenggama dengan suaminya,
namun nggak mencapai orgasme. Sementara suaminya selalu orgasme. Saya
langsung memancing," jadi lagi nanggung dong skarang, ya". Eh, nggak
nyangka dia menjawab,"napa, mo bantu nerusin nih.. emang mampu?". Wah,
bagi saya kesempatan nih. Aku langsung mengarahkan pembicaraan ke makan
siang bareng di luar kantor. Dia mau banget.
"Gimana kalo makannya di tempat yang berdua aja", aku membuka obrolan di
mobil ketika kami berangkat mencari tempat makan. Sari menjawab dengan
pertanyaan sambil melihat ke arahku yang sedang nyetir," di mana?".
Pikiranku tidak lain ke motel jam-jaman tentunya. Di situ bisa nonton
tv, ngobrol, pesen makanan, dianterin ke kamar, bayar, tanpa harus
ketemu muka dengan pengantar makanan. Aku jelasin semua itu, dia malah
nyambung,"masa cuman nonton tv, ngobrol, makan..". Ini jawaban yang
ngeresin banget. Aku merasakan desakan dari dalam celanaku, ereksi yang
dahsyat.
Akhirnya kami tiba di motel. Ngobrol-ngobrol lebih jauh, ternyata dia
memang telah sering ke motel dengan suaminya ketika pacaran dulu. Saya
jadi sangat maklum, pantes Sari nggak kelihatan risi atau kaku sama
sekali. Selesai membayar kamar dan pesen makanan, kamipun duduk di
tempat sambil nonton tv. Ternyata ada channel video dengan film seks.
Aku nggak pindahin lagi channelnya dan Sari nampaknya senang. Baru 2-3
menit, ia sudah merapatkan badannya ke tubuhku sambil berkata," puasin
aku ya..". Aku langsung merapatkan bibirku ke bibirnya. Kamu berciuman
sangat bernafsu. Lidahnya duluan masuk ke mulutku sambil meraba-raba
setiap sudut dalam mulut. Aku sangat terangsang, apalagi melihat
tangannya memegang daerah vaginanya yang masih tertutup rok. Wanita ini
nampaknya hiperseks dan cuek, pikirku. Inilah kebiasaan wanita yang
sangat ku sukai dan sangat merangsangku.
Aku membuka kancing bajunya dan langsung menyusupkan tanganku ke buah
dada kirinya. Dia dengan cepat membuka tali bh sehingga menyembul dua
bukit yang cukup besar. Aku langsung mengulum putting salah satunya.
Kepalanya bergerak ke belakang menahan isapanku. Aku suka ekspresinya
ketika terangsang. Ia makin terangsang, aku juga.
Tanganku telah masuk ke dalam celana dalamnya dari samping. Agak basah.
Jari tengahku mengusap-usap klitorisnya. Ini membuat ia tak tahan. Tanpa
komando apa-apa, posisi kami berubah menjadi posisi 69. Kami saling
mengisap sambil, " aaaah.. eeeeh..haaaaaaahhh. ." Ketika bibirku
mengulum klitorisnya, ia melenguh panjang keenakan," aaaauu.. enak, Di".
Aku lakukan ini sekitar 5 menit sampai Sari mendorongku kemudian
mengangkang di sampingku. "Ayo Di, nggak tahan nih. Masukin cepet.."
Aku berputar menaikinya, mengarahkan kontolku ke liang senggamanya yang
sudah sangat basah. Perlahan-lahan ku dorong masuk.. enak sekali. Sari
melenguh," aaaaah.. ya teruuuss Di.". Perlahan-lahan ku pompa liang
senggamanya sementara dia memaju-mundurkannya dengan badan yang sangat
kaku. Rupanya ia mengejar orgasmenya yang pertama. "Terus Diiii, aku
suka banget. ". Semenit kemudian badannya mengeras total sambil
berteriak," aaaaaaaaah. udah Di aku dapet. aaaaah". Aku mendiamkan
sedikit agar ia bisa tenang dulu.
"Enak banget, sayang", katanya setelah agak tenang Aku kaget dia
memanggilku dengan sebutan sayang. "Kamu sayang aku ya?", aku bertanya
sambil memulai memompa liang senggamanya lagi. "Iya dong, aku sayang
kamu yang telah memuaskanku, selain menyayangi suamiku yang baik itu
lho", Sari menjawab.
Kami bertempur lagi dan nampaknya Sari telah terangsang lagi.
Kadang-kadang aku memutarmutar pantatku dengan arah yang berlawanan
dengan putaran pantat Sari. Kami benar-benar menikmati hubungan seks
kami yang pertama. Akhirnya aku hampir mencapai puncak," Sari, aku mo
nyampe nih.aaaahhh" . "Yaaaah, aku juga". Semenit kemudian aku mencapai
orgasme yang luar biasa sambil berteriak," aaaaaahhh.". Sari juga
ternyata mencapai orgasmenya yang kedua sambil melenguh keras sekali,"
aaaaauuuu.. Enak Di. enaaaak". Kami terdiam sejenak. Setelah reda, kami
berciuman lagi secara lembut sekali. Kemudian kami mandi bersama.
Di bawah shower, kontolku tegang lagi. Sari juga terangsang karena ku
gesek-gesek ke vaginanya ketika kami mandi sambil berpelukan. Akhirnya
kami bersenggama lagi, kali ini sambil berdiri. Karena sulit
melakukannya sambil berdiri, kami kembali ke tempat tidur untuk
menyelesaikan satu putaran kenikmatan. Lagi-lagi aku mengalami hubungan
seks yang sangat ekspresif. Karena Sari sangat ekspresif, nggak
malu-malu, aku jadi sangat terangsang. Akhirnya kami mencapai kepuasan
bersama, setelah aku harus menahan orgasme sebentar karena Sari belum
akan orgasme. Akhirnya kami meledakkannya bersama-sama, " aaahhhhhh...
aaaahhh.".
Sampai pertengahan 2003 kami rutin berhubungan 2 atau 3 kali seminggu.
Kami melakukannya tanpa saling menuntut, kecuali menuntut kepuasan. Saya
tidak pernah bermaksud memperistrinya, dia juga tidak pernah
berangan-angan hendak bercerai dan menikah dengan saya. Cocok benar
kemauan saya dengan kemauan dia. Saya kami hari berpisah. Skarang saya
harus agak sering melakukannya sendiri, sambil berkhayal tentang
hubungan seksku dengan Sari..
No comments:
Post a Comment